Gejala Sosial Akibat Revolusi 5.0
Oleh : Rafli Mustaqim, S.Pd.
A. Latar Belakang
Revolusi 5.0 adalah konsep yang mengacu pada perkembangan teknologi yang terus meningkatkan otomatisasi dan digitalisasi dalam industri dan sektor produksi. Konsep ini berfokus pada penggabungan antara teknologi dan manusia, serta kebutuhan untuk mengembangkan sistem yang lebih adaptif dan responsif terhadap perubahan dalam lingkungan produksi . Revolusi 5.0 diharapkan dapat memberikan banyak manfaat bagi industri, pelanggan, pekerja dan masyarakat pada umumnya, seperti meningkatkan produktivitas, kualitas, dan keamanan produksi, serta menciptakan peluang kerja baru dan mengurangi dampak lingkungan yang negatif.
Namun, di sisi lain, Revolusi 5.0 juga dapat menimbulkan berbagai gejala sosial yang perlu diwaspadai dan ditangani dengan baik. Gejala sosial adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi di antara dan oleh manusia, baik secara individu maupun secara kelompok, yang menyangkut nilai-nilai sosial dan moral. Gejala sosial dapat bersifat positif atau negatif, tergantung pada dampaknya terhadap masyarakat. Gejala sosial dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti faktor kultural, struktural, ekonomi, politik, budaya, dan lain-lain.
Salah satu gejala sosial yang muncul akibat Revolusi 5.0 adalah perubahan pola kerja dan gaya hidup masyarakat. Dengan adanya teknologi canggih seperti AI, IoT, dan robotika, banyak pekerjaan yang dapat dilakukan secara otomatis atau jarak jauh. Hal ini dapat memberikan kemudahan dan fleksibilitas bagi pekerja, tetapi juga dapat menimbulkan tantangan dan risiko baru. Misalnya, pekerja harus memiliki keterampilan dan pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan teknologi, pekerja harus mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan kerja yang cepat dan dinamis, pekerja harus menjaga keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi, serta pekerja harus menghadapi persaingan yang semakin ketat.
Gejala sosial lain yang berkaitan dengan Revolusi 5.0 adalah perubahan perilaku konsumen dan preferensi pasar. Dengan adanya teknologi yang dapat memberikan pengalaman yang lebih personalisasi, interaktif, dan inovatif bagi pelanggan, maka pelanggan menjadi lebih ekspektatif dan selektif dalam memilih produk atau layanan yang mereka inginkan. Hal ini dapat memberikan peluang bagi industri untuk meningkatkan kualitas produk atau layanan mereka, tetapi juga dapat menimbulkan tantangan bagi industri untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan yang beragam dan berubah-ubah.
Selain itu, gejala sosial yang juga berkaitan dengan Revolusi 5.0 adalah perubahan nilai-nilai sosial dan moral masyarakat. Dengan adanya teknologi yang dapat mempengaruhi cara berpikir, bersikap, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain, maka masyarakat dapat mengalami pergeseran nilai-nilai sosial dan moral yang mereka anut. Hal ini dapat memberikan dampak positif maupun negatif bagi masyarakat. Misalnya, teknologi dapat membantu masyarakat untuk lebih terhubung, terinformasi, teredukasi, dan terlibat dalam berbagai aktivitas sosial, tetapi juga dapat menyebabkan masyarakat menjadi lebih individualis, apatis, asosial, atau bahkan antisosial.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari artikel ini adalah sebagai berikut:
1. Apa saja gejala sosial yang muncul akibat Revolusi 5.0?
2. Bagaimana dampak gejala sosial tersebut terhadap masyarakat?
3. Bagaimana cara mengatasi gejala sosial tersebut agar tidak menimbulkan masalah sosial yang lebih besar?
C. Landasan Teori
Untuk menjawab rumusan masalah di atas, maka artikel ini akan menggunakan beberapa teori yang relevan, yaitu:
1. Teori Konflik Sosial Teori ini dikemukakan oleh Karl Marx, yang berpendapat bahwa masyarakat terdiri dari dua kelas sosial yang saling bertentangan, yaitu kelas borjuis (pemilik modal) dan kelas proletar (pekerja). Konflik sosial terjadi karena adanya ketimpangan dan eksploitasi antara kedua kelas tersebut. Teori ini dapat digunakan untuk menganalisis gejala sosial yang berkaitan dengan ketidakadilan, kesenjangan, dan diskriminasi sosial akibat Revolusi 5.0.
2. Teori Interaksionisme Simbolik Teori ini dikemukakan oleh George Herbert Mead, yang berpendapat bahwa masyarakat terbentuk dari interaksi sosial antara individu-individu yang menggunakan simbol-simbol untuk berkomunikasi. Simbol-simbol tersebut dapat berupa bahasa, gestur, tanda, atau objek yang memiliki makna tertentu bagi individu-individu tersebut. Teori ini dapat digunakan untuk menganalisis gejala sosial yang berkaitan dengan perubahan pola komunikasi dan interaksi sosial akibat Revolusi 5.0.
3. Teori Modernisasi Teori ini dikemukakan oleh Daniel Lerner, yang berpendapat bahwa masyarakat mengalami proses modernisasi yang ditandai oleh perubahan-perubahan dalam bidang ekonomi, politik, budaya, dan sosial. Modernisasi dapat memberikan dampak positif maupun negatif bagi masyarakat. Dampak positifnya adalah meningkatnya kesejahteraan, kemajuan, dan demokrasi. Dampak negatifnya adalah menurunnya nilai-nilai tradisional, kehilangan identitas, dan anomie. Teori ini dapat digunakan untuk menganalisis gejala sosial yang berkaitan dengan perubahan nilai-nilai sosial dan moral akibat Revolusi 5.0.
D. Analisis
Berdasarkan teori-teori di atas, maka analisis mengenai gejala sosial akibat Revolusi 5.0 dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Gejala sosial yang berkaitan dengan ketidakadilan, kesenjangan, dan diskriminasi sosial akibat Revolusi 5.0 dapat dianalisis dengan menggunakan teori konflik sosial. Revolusi 5.0 dapat memperbesar jurang antara kelas sosial yang memiliki akses dan penguasaan terhadap teknologi dengan kelas sosial yang tidak memiliki akses dan penguasaan terhadap teknologi. Hal ini dapat menimbulkan ketidakadilan dan eksploitasi dalam hal pendapatan, kesempatan kerja, pendidikan, kesehatan, dan hak-hak dasar lainnya. Gejala sosial ini dapat menyebabkan konflik sosial antara kelas-kelas sosial tersebut, baik secara terbuka maupun tertutup.
2. Gejala sosial yang berkaitan dengan perubahan pola komunikasi dan interaksi sosial akibat Revolusi 5.0 dapat dianalisis dengan menggunakan teori interaksionisme simbolik. Revolusi 5.0 dapat mengubah cara individu berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain melalui teknologi seperti media sosial, aplikasi pesan instan, video call, dan lain-lain. Hal ini dapat memberikan kemudahan dan kecepatan dalam berkomunikasi dan berinteraksi, tetapi juga dapat mengurangi kedekatan dan kehangatan dalam hubungan sosial. Gejala sosial ini dapat menyebabkan perubahan makna dan interpretasi simbol-simbol komunikasi antara individu-individu tersebut.
3. Gejala sosial yang berkaitan dengan perubahan nilai-nilai sosial dan moral akibat Revolusi 5.0 dapat dianalisis dengan menggunakan teori modernisasi. Revolusi 5.0 dapat mempengaruhi cara pandang dan sikap individu terhadap berbagai aspek kehidupan seperti agama, keluarga, pendidikan, pekerjaan, dan lain-lain.
4. Revolusi 5.0 dapat mempengaruhi cara pandang dan sikap individu terhadap berbagai aspek kehidupan seperti agama, keluarga, pendidikan, pekerjaan, hukum, dan lain-lain. Hal ini dapat memberikan dampak positif maupun negatif bagi masyarakat. Dampak positifnya adalah meningkatnya pengetahuan, keterbukaan, toleransi, dan partisipasi sosial. Dampak negatifnya adalah menurunnya nilai-nilai religius, etis, budaya, dan nasional. Gejala sosial ini dapat menyebabkan pergeseran nilai-nilai sosial dan moral antara generasi-generasi masyarakat.
5. Contoh dari dampak positif Revolusi 5.0 terhadap nilai-nilai sosial dan moral adalah adanya peningkatan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap isu-isu global seperti lingkungan hidup, hak asasi manusia, kesehatan, dan pendidikan. Teknologi dapat membantu masyarakat untuk lebih terhubung dengan informasi, sumber daya, dan komunitas yang dapat mendukung mereka dalam berkontribusi untuk menciptakan dunia yang lebih baik. Teknologi juga dapat membantu masyarakat untuk lebih menghargai keragaman dan perbedaan antara individu atau kelompok, serta untuk lebih menghormati hak dan kewajiban masing-masing.
6. Contoh dari dampak negatif Revolusi 5.0 terhadap nilai-nilai sosial dan moral adalah adanya penurunan kepercayaan dan keterikatan masyarakat terhadap institusi-institusi sosial seperti agama, keluarga, sekolah, pemerintah, dan lain-lain. Teknologi dapat menyebabkan masyarakat menjadi lebih individualis, skeptis, kritis, atau bahkan apatis terhadap nilai-nilai yang diajarkan atau ditegakkan oleh institusi-institusi tersebut. Teknologi juga dapat menyebabkan masyarakat menjadi lebih tergantung pada teknologi itu sendiri, sehingga mengabaikan nilai-nilai humanis, spiritual, atau emosional yang penting bagi kehidupan manusia.
E. Kesimpulan
Berdasarkan analisis di atas, maka kesimpulan dari artikel ini adalah sebagai berikut:
1. Revolusi 5.0 adalah konsep yang mengacu pada perkembangan teknologi yang terus meningkatkan otomatisasi dan digitalisasi dalam industri dan sektor produksi. Konsep ini berfokus pada penggabungan antara teknologi dan manusia, serta kebutuhan untuk mengembangkan sistem yang lebih adaptif dan responsif terhadap perubahan dalam lingkungan produksi.
2. Revolusi 5.0 dapat memberikan banyak manfaat bagi industri, pelanggan, pekerja dan masyarakat pada umumnya, seperti meningkatkan produktivitas, kualitas, dan keamanan produksi, serta menciptakan peluang kerja baru dan mengurangi dampak lingkungan yang negatif.
3. Namun, Revolusi 5.0 juga dapat menimbulkan berbagai gejala sosial yang perlu diwaspadai dan ditangani dengan baik. Gejala sosial tersebut antara lain adalah perubahan pola kerja dan gaya hidup masyarakat, perubahan perilaku konsumen dan preferensi pasar, serta perubahan nilai-nilai sosial dan moral masyarakat.
4. Gejala sosial tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti faktor kultural, struktural, ekonomi, politik, budaya, dan lain-lain. Gejala sosial tersebut dapat bersifat positif atau negatif, tergantung pada dampaknya terhadap masyarakat.
5. Gejala sosial tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan beberapa teori yang relevan, yaitu teori konflik sosial, teori interaksionisme simbolik, dan teori modernisasi.
6. Gejala sosial tersebut dapat diatasi dengan cara-cara seperti meningkatkan akses dan penguasaan terhadap teknologi bagi seluruh lapisan masyarakat, menjaga keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi bagi pekerja, memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan dengan cara yang inovatif dan bertanggung jawab bagi industri, serta mempertahankan nilai-nilai sosial dan moral yang sesuai dengan norma-norma masyarakat bagi individu.
Daftar Pustaka
[1] Alawamleh M., Al-Refai R., Batiha K., Alawneh A., Al-Mahasneh Q., and Al-Zoubi A., 2020. Industry 5.0: A Human-Centric Solution. Sustainability, 12(18), p.7578.
[2] Kagermann H., Wahlster W., and Helbig J., 2013. Recommendations for Implementing the Strategic Initiative INDUSTRIE 4.0. Final Report of the Industrie 4.0 Working Group.
[3] Soekanto S., 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
[4] Kurniawan F.A., and Prasetyo H., 2019. The Impact of Industrial Revolution 4.0 on The Future of Work: A Literature Review. Journal of Economics and Business, 2(1), pp.1-12.
[5] Kumar V., Rahman Z., Kazmi A.A., and Goyal P., 2019. Customer engagement in the digital era: Insights for the emerging markets. Journal of Retailing and Consumer Services, 50(1), pp.203-212.
[6] Ritzer G., and Stepnisky J., 2018. Modern Sociological Theory. New York: McGraw-Hill Education.
[7] Ritzer G., 2011. Sociological Theory. New York: McGraw-Hill.
[8 ]Blumer H., 1969. Symbolic Interactionism: Perspective and Method. Berkeley: University of California Press.
[9] Lerner D., 1958. The Passing of Traditional Society: Modernizing the Middle East. New York: Free Press.